1. Toksisitas
Logam
Logam adalah elemen yang dalam larutan air dapat melepas satu atau
lebih electron dan menjadi kation. Logam mempunyai beberapa karakteristik
penting sebagai berikut :
·
Refleksifitas
tinggi
·
Mempunyai kilau
logam
·
Konduktivitas
listrik tinggi
·
Konduktivitas
termal tinggi
·
Mempunyai
kekuatan dan kelenturan
Logam dapat
dikelompokkan menjadi :
·
Logam berat dan
logam ringan, dimana logam berat mempunyai berat jenis >5 dan yang ringan
<5.
·
Logam essensial
bagi kehidupan dan yang tidak essensial.
·
Logam yang
terdapat hanya sedikit (trace mineral), dan yang bukan trace mineral. Bila
konsentrasi logam dikerak bumi ≥ 1000 ppm, maka logam tersebut bukan trace
mineral. Atas definisi ini semua logam akan tergolong trace mineral, kecuali
oksigen, hydrogen, silicon, aluminium, titanium, magnesium, natrium, kalium,
kalsium, besi, fosfor, dan mangan.
Menurut Duffus
(1980), dari 80 elemen yang tergolong
logam hanya/baru 50 saja yang berarti secara ekonomis dan industrial.
Logam ini ditemukan dan menetap dalam alam, tetapi bentuk kimianya
dapat berubah akibat pengaruh fisiokimia, biologis, atau akibat aktifitas
manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis bila bentuk kimianya berubah.
Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena penggunaanya di bidang industri,
pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan
dalam berbagai funsi biokimia/faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi
kesehatan masyarakat bila terdapat dalam makanan, air, atau udara, dan dapat
berbahaya bagi para pekerja tambang, pekerja peleburan logam berbagai jenis
industri.
Proses Tebentuknya
Kebanyakan
logam dan “metaloid” terdapat di alam, tersebar dalam batu-batuan, bijih tambang,
tanah, dan udara. Tetapi distribusinya nyata sekali tidak rata. Umumnya, kadar
dalam tanah, air, dan udara relatif rendah. Kadar ini dapat meningkat bila ada
aktivitas geologi, misalnya pendegasan, yang melepaskan 25.000-125.0000 ton
merkuri setahun. Aktivitas manusia dapat lebih bermakna dalam hubungannya
dengan pajanan manusia karena mereka menaikkan kadar logam itu di tempat
aktivitas manusia.
Penggunaan dan Pajanan pada Manusia
Di zaman dulu,
logam tertentu, misalnya tembaga, besi, dan timah digunakan untuk membuat
peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata. Penambangan dan peleburan dilakukan
untuk memasok kebutuhan itu. Aktifitas ini menyebabkan meningkatnya kadar logam
dan lingkungan. Selain itu, karena bijih tambang sering menganduung logam lain,
misalnya timbal dan arsen, kadar “pencemaran” ini juga meningkat. Dalam tahun
belakangan ini lebih banyak lagi jenis logam yang digunakan dalam industri,
pertanian dan kedokteran.
Contohnya :
-
Merkuri :
digunakan secara luas dalam industri kloalkali sebagai katode dalam
elektrolisis garam dalam air untuk menghasilkan klorin dan natrium hidroksik,
keduanya merupakan bahan mentah yang penting dalam industri kimia.
-
Timbal :
digunakan dalam baterai dan industri kabel, selain itu timbal sebagai
insektisida, zat tamabahan bahan bakar dan pigmen dalam cat secara
berangsur-angsur dihentikan.
Belakangan ini,
industri angkasa luar dan profesi kedokteran serta kedokteran gigi membutuhkan
bahan yang kuat, tahan karat, dan bersifat noniritan. Karenanya aloi titanium
dan logam lain kini menjadi semakin penting.
Tempat kerja
Kerja utama
logam adalah menghambat enzim. Efek ini biasanya timbul akibat interaksi antar
logam dengan gugus SH pada enzim itu. Suatu enzim dapat juga dihambat oleh
logam toksik melalui penggusuran kofaktor logam yang penting dalam enzim.
Contohnya, timbal dapat menggantikan zink dalam enzim yang bergantung pada
adanya zink, misalnya asam
δ-aminolevulinat hidratase (ALAD).
Melanisme lain
dalam mengganggu fungsi enzim adalah menghambat sintesisnya. Contohnya, nikel
dan platina menghambat asam δ-aminolevulinat sintetase (ALAS), sehungga
mengganggu sintesis hem, zat yang merupakan komponen penting bagi hemoglobin
dan sitokrom ( Maines dan Kappas, 1977 ). Enzim dapat dilindungi dari logam toksik
dengan pemberian “ zat pengkelat”, misalnya di merkaprol ( BAL), yang membentuk
ikatan stabil dengan logam.
Organel Subseluler
Efek toksik
logam merupakan akibat dari reaksi antara logam dan komponen intrasel. Untuk
dapat menimbulkan efek toksiknya pada suatu sel, logam harus memiliki sel.
Proses masuknya melintasi membran akan lebih mudah kalu logam ini bersifat
lipofilik, misalnya metil merkuri. Bila logam ini terikat pada suatu protein,
zat ini diserap dengan endositosis. Difusi pasif merupakan cara masuk yang lain
bagi logam.
Setelah masuk
kedalam sel, logam dapat mempengaruhi berbagai organel. Contohnya, retikulum
endoplasma mengandung berbagai jenis enzim. Enzim mikrosom ini dihambat oleh
banyak logam, misalnya kadmium, kobalt, metil merkuri, dan timah. Logam-logam
toksik juga mengacaukan struktur retikulum endoplasma itu. Lisosom merupakan
tempat lain u tuk kerja logam. Misalnya, kadmium sebagai konjugat
metalotionein. Kadmium tersusun dalam lisosom sel tubulus proksimal ginjal.
Dalam lisosom kompleks
kadmium berdegradasi dan melepaskan Cd2+. Ion kadmium menghambat enzim
proteolitik dalam lisosom dan menyebabkan cidera sel. Karena aktivitas
metabolismenya tinggi dan transpot membranya cepat mitokondria juga sering
menjadi sasaran logam. Enzim-enzim pernafasan dalam organ ini dengan mudah
dihambat oleh logam. Beberapa logam memasuki inti sel dan dapat membentuk badan
inklusi.
Contohnya, pajanan kronis terhadap timbal
dapat menginduksi badan inklusi dalam nukleus sel tubulus proksimal ginjal. Keadaan
ini juga merangsang sintesis DNA, RNA , dan protein. Adenokarsenoma ginjal yang
diinduksi oleh timbal diduga disebabkan oleh mekanisme ini.
Organel
subseluler dapat meningkatkan atau mengurangi pergerakan logam melintasi
membran biologis ini, sehingga mempengaruhi toksisitasnya. Selain itu, protein
tertentu dalam sitosol, lisosom, dan nukleus dapat mengikat logam toksik.
Misalnya, Cd, Pb dan Hg, dan menurunkan ketersediaanya untuk melakukan efek
toksik pada organel dan tempat metabolisme yang peka ( Flowler dkk., 1984
).
Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas
1. Tingkat dan
Lamanya Pajanan
Makin tinggi kadarnya dan makin lama pajanan, efek toksik akan
lebih besar. Perubahan dalam tingkat dan lamanya pajanan dapat mengubah sifat
efek toksik.
Contoh, kadmium dalam satu dosis tunggal dan besar dapat
menginduksi gangguan saluran cerna. Asupan Cd yang berjumlah lebih kecil tetapi
berulang kali mengakibatkan gangguan fungsu ginjal.
2. Bentuk KIma
Contoh, merkuri senyawa organiknya merupakan toksikan ginjal,
sementara senyawa metil merkuri dan etil merkuri lebih toksik bagi susunan
saraf. Jenis senyawa merkuri yang belakangan ini bersifat lipofilik dan
karenanya dapat melintasi sawar darh-otak dengan mudah. Dengan cara yang sama,
tetraetiltimbal dapat dengan mudah memasuki sarung mielin dan mempengaruhi
susunan saraf.
3. Kompleks
Protein-logam
Contohnya, besi dapat bergabung dengan protein untuk membentuk
feritin yang bersifat larut dalam air. Kadmium dan beberapa logam lain
(misalnya tembaga dan zink) bergabung dengan metalotionein, suatu protein
dengan bobot molekul rendah. Komplek Cd tidak begitu toksik di bandingkan Cd2+.
Tetapi, dalam sel tubulus ginjsl, kadmium-metalotionein melepaskan Cd2+
dan menyebabkan efek toksik (Squibb dan Fowler, 1984).
4. Faktor penjamu
Anak kecil lebih rentan terhadap timbal karena biasannya
kepekaannya lebih besar dan tingkat penyerapan dalam saluran cernanya juga
lebih besar. Selain itu, berdasarka unit berat bada, pada anak kecil asupan
makanan-yang merupakan sumber utama timbal-lebih besar. Faktor-faktor diet
misalnya, defisiensi protein, vitamin C dan vitamin D meningkatkan toksisitas
timbal dan kadmium.
Timbal dan merkuri, dapat melintasi plasenta dan mempengaruhi
janin. Ada bukti bahwa bayi yang terpajan dalam kandungan akan di pengaruhi
secara lebih berat daripada ibunya. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa
dosis median yang menyebabkan ataksia dalam ibunya adalah 2,7 ± 0,18 mg/kg,
sementara dosis anak-anak yang terpajan sebelum lahir adalah 1,23 ± 0.87
(Clarkson, 1981).
Beberapa Efek Toksik Yang Umum
1. Karsinogenisitas
Beberapa logam telah terbukti dapat bersifat karsinogenik pada
manusia, hewan, atau pada keduanya. Berilium, kadmium, dan sisplatin
kemungkinan merupakan karsinogenik manusia. Logam lain terbentuk mungkin
bersifat karsinogenik, tetapi fungsi yang ada tidak cukup memastikan hal itu.
2. Fungi Imun
Pajanan terhadap logam tertentu dapat mengakibatkan penghambatan
berbagai fungsi imun. Logam-logam lain, misalnya berilium, kromium, nikel,
emas, merkuri, platin, dan zirkonium dapat menginduksi reaksi
hipersensitivitas.
3. Susunan Saraf
Karena kerentananya, susunan saraf sering menjadi sasaran
logam toksik. Tetapi, sekalipun logam
yang sama, bentuk fisikokimianya sering mementukan sifat toksisitasnya. Seperti
deterangkan diatas, uap logam merkuri dan metil merkuri dengan mudah memasuki
susunan saraf dan menginduksi efek terhadap toksis. Senyawa merkuri anorganik
tidak mungkin memasuki susunan saraf dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
biasanya tidak bersifat neurotoksik.
Demikian pula senyawa organik timbal terutama bersifat neurotoksik,
sedangkan senyawa timbal anorganik lebih dulu mempengaruhi sintesis hem. Tetapi
pada tingkat pajanan yang jauh lebih tinggi, senyawa-senyawa itu dapat
menginduksi ensefalopati, dan dalam keadaan moderat senyawa ini mungkin
mengakibatkan defisit fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil.
4. Ginjal
Sebagai organ eksresi utama dalam tubuh, ginjal juga sering menjadi
organ sasaran. Kadmium mempengaruhi sel tubulus proksimal ginjal, sehingga
menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama air
kencing. Selain itu, kromim, platina, dan senyawa merkuri anorganik juga
menginduksi kerusakan ginjal terutama pada tubulus proksimal.
5. Sistem
pernapasan
Adalah organ sasaran utama bagi sebagian besar logam setelah
pajanan ditempat kerja. Ada beberapa jenis respon. Banyak logam yang
menyebabkan iritasi dan radang saluran nafas; bagian yang dipengaruhi
bergantung pada jenis logamnya dan lamanya pajanan. Pada pajanan akut, kromium
mempengaruhi lubang hidung, arsen mempengaruhi bronki, dan berilium
mempengaruhi paru-paru. Pajanan yang lama dapat menyebabkan fibrosis
(alumunium, besi), karsinoma (arsen, kromium, dan nikel), granuloma (berilium).
2.
Logam Berat
(Heavy Metal)
1. Pengertian
Logam Berat
Unsur logam berat adalah unsur yang
mempunyai densi tas lebih dari 5 gr/cm3 (Fardiaz, 1992). Hg mempunyai densitas
13,55 gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama
dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat
lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni,
Pb, As, Cr, Sn, Zn (Waldchuk, 1984, di dalam Fardiaz, 1992).
Logam berat adalah unsur logam dengan molekul
tinggi. Dalam kadar yang rendah sekalipun logam berat umumnya sudah beracun
bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. (Notohadiprawiro,T.1993)
Logam
berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung bagian mana
logam berat terikat dalam tubuh. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan
bertindak sebagai penyebab alergi, bagi beberapa orang karsinogen bagi manusia.
Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.
Logam berat jika sudah terserap
kedalam tubuh akan menumpuk hingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi.
Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama perairan telah
terkontaminasi (tercemar) logam berat maka proses pembersihannya akan sulit
sekali dilakukan. Kontaminasi logam berat ini dapat berasal dari faktor alam
seperti kegiatan gunung berapi dan kebakaran hutan atau factor manusia seperti
pembakaran minyak bumi, pertambangan, peleburan, proses industry, kegiatan
pertanian, peternakan dan kehutanan, serta limbah buangan termasuk sampah rumah
tangga. (Putra.J.A.2006).
2. Sumber Bahan Pencemar Logam Berat
a.
Sumber dari
Alam
Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar
13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu
pasir ( sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang
terdapat di tanah berkadar sekitar 5 -25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground
water) berkisar antara 1- 60μg/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air
telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar Pb
lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari
pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau
dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar
antara 0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan
padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya
berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari
tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan
PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb
yang berasal dari tambang.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan
Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10%
terdiri dari campuran seng dan tembaga. Secara alami Hg dapat berasal dari gas
gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Dilaporkan kandungan kadnium (Cd) dalam air laut di dunia di bawah
20 ng/l. Variasi lain kandungan kadnium dari air hujan, freshwater dan
air permukaan di perkotaan dan daerah industri, kadnium pada level 10–4000 ng/l
tergantung pada spesifikasi lokasi atau saat pengukuran larutan kadnium (WHO
1992).
Kadnium masuk kedalam freshwater dari sumber yang berasal dari
industri. Air sungai dan irigasi untuk pertanian yang mengandung kadnium akan
terjadi penumpukan pada sedimen dan Lumpur. Sungai dapat mentrasport kadnium
pada jarak sampai dengan 50 km dari sumbernya.
Kadnium dalam tanah bersumber dari alam dan sumber antropogenik.
Yang berasal dari alam berasal dari batuan atau material lain seperti glacial
dan alluvium. Kadnium dari tanah yang berasal dari antropogenik dari endapan
penggunaan pupuk dan limbah. Sebagian besar kadnium dalam tanah berpengaruh
pada pH, larutan material organic, logam yang mengandung oksida, tanah liat dan
zat organik maupun anorganik. Rata-rata kadar kadnium alamiah dikerak bumi
sebesar 0,1 -0,5 ppm.
b.
Sumber dari
Industri
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua
industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
o
Industri pengecoran maupun pemurnian.
Industri ini menghasilkan timbal konsentrat ( primary lead), maupun secondary
lead yang berasal dari potongan logam ( scrap).
o Industri batery.Industri
ini banyak menggunakan logam Pb terutama lead antimony alloy dan lead
oxides sebagai bahan dasarnya.
o Industri bahan bakar. Pb
berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai
sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar
yang dihasilkan merupakan sum ber pencemaran Pb.
o Industri kabel. Industri
kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri
kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au
dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
o Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna.Pada industri ini seringkali dipakai Pb karena toksisitasnya
relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai
pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna
kuning dipakai lead chromate.
Industri pengecoran logam dan semua industri yang menggunakan Hg
sebagai bahan baku maupun bahan penolong, limbahnya merupakan sumber pencemaran
Hg. Sebagai contoh antara lain adalah industri klor alkali, peralat an listrik,
cat, termometer, tensimeter, iindustri pertanian, dan pabrik detonator.
Kegiatan lain yang merupakan sumber pencemaran Hg adalah praktek dokter gigi
yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi . Selain itu bahan bakar fosil
juga merupakan sumber Hg pula.
c.
Sumber dari
Transportasi
Hasil pembakaran dari bahan tambahan ( aditive) Pb pada
bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam berat Pb
yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan
melalui proses di dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot
bersama dengan gas buang lainnya.
3.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Berat
a.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Berat Timbal (Pb)
Menurut
ketentuan WHO, kadar Pb dalam darah manusia yang tidak terpapar oleh Pb adalah
sekitar 10 -25 μg/100 ml. Pada penelitian yang dilakukan di industri proses
daur ulang aki bekas, Suwandi (1995) menemukan bahwa kadar Pb udara di daerah
terpapar pada malam hari besarnya sepuluh kali lipat kadar Pb di daerah tidak
terpapar pada malan hari (0,0299 mg/m 3 vs 0,0028 mg/m3), sedangkan rerata
kadar Pb Blood ( Pb -B ) di daerah terpapar 170,44 μg/100 ml dan di daerah
tidak terpapar sebesar 45,43 μg/100 ml. Juga ditemukan bahwa semakin tinggi
kadar Pb -B, semakin rendah kadar Hb nya.
Pada
penelitian mengenai kadar Pb di udara ambien dan hubungan antara kadar Pb-B
dengan IQ anak sekolah, Susanto(1997) menemukan bahwa kadar Pb udara ambien di
daerah penelitian sebesar 0,00103 mg/m3, masih dibawah nilai baku mutuyang
besarnya 0,060 mg/m3. Didapatkan pula bahwa kadar Pb-B anak SD di kawasan
tertib lalu-lintas (sekitar 39,73 ug/100 ml) lebih tinggi dari kadar Pb-B di
luar kawasan tertib lalu lintas (16,30 μg/100 ml). Tidak di temukan pula
perbedaan yang bermakna antara IQ anak sekolah SD di kawasan tertib lalu lintas
dan di luar kawasan tertib lalu lintas.
Mukono, et al. (1991) meneliti status kesehatan dan kadar
Pb-B karyawan SPBU (Setasiun Pompa Bensin Umum) di Jawa Timur, menemukan bahwa
pemeriksaan darah lengkap pada karyawan SPBU dengan penjualan bensin kurang
dari 8 ribu liter lebih baik dari karyawan SPBU yang menjual bensin lebih dari
10 ribu liter per har i. Didapatkan pula bahwa rerata kadar Pb -B karyawan SPBU
sebesar 77,59 μg/100 ml. Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan
pada organ sebagai berikut :
o Gangguan neurologi.
Gangguan
neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat berupa encephalopathy,
ataxia, stupor dan coma. Pada anakanak dapat menimbulkan kejang
tubuh dan neuropathy perifer.
o Gangguan terhadap fungsi ginjal .
Logam berat Pb
dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible,
sclerosis va skuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya
dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya
terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
o Gangguan terhadap sistem reproduksi .
Logam berat Pb
dapat menyebabk an gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan
dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan
dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan Pb di
udara. Paparan Pb dengan kadar yang ren dah yang berlangsung cukup lama dapat
menurunkan IQ .
o Gangguan terhadap sistem hemopoitik .
Keracunan Pb
dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin
walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ri ngan
yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA ( Amino Levulinic
Acid) urine. Pada anak – anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah.
Efek dominan dari keracunan Pb pada sistem hemopoitik adalah peningkatan
ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine).
Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan
gejala dini dari keracunan Pb pada manusia. Anemia tidak terjadi pada karyawan
industri dengan kadar Pb-B (kadar Pb dalam darah) dibawah 110 ug/100 ml.
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap terjadinya
anemia akibat paparan Pb. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Hb
dan kadar Pb di dalam darah.
o Gangguan terhadap sistem syaraf .
Efek pencemaran
Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang
dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat menyebabkan lead encephalopathy.
Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit
kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya
kecerdasan. Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40-80 μg/100 ml
dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead
encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara
lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep.
Apabila pada
masa bayi sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis
dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan
timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis
jika terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai 18 tahun. Untuk melihat
hubungan antara kadar Pb -B dengan IQ (Intelegance Quation) telah
dilakukan penelitian pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan kondisi sosial
ekonomi dan etnis yang sama. Pada sampel dengan kadar Pb-B sebesar 40-60 μg/ml
ternyata mempunyai IQ lebih rendah apabila dibandingkan dengan sampel yang kadar Pb-B kurang dari 40 μg/ml.
Pada dewasa muda yang berumur sekitar 17 tahun tidak tampak adanya hubungan
antara Pb-B dan IQ.
b.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Merkuri (Hg).
Pada studi epidemiologi ditemukan bahwa keracunan metil dan etil
merkuri sebagian besar di sebabkan oleh konsumsi ikan yang di peroleh dari daerah
tercemar atau makanan yang berbahan baku tumbuhan yang disemprot dengan
pestisida jenis fungisida alkil merkuri. Pada tahun 1968 Katsuna
melaporkan adanya epidemi keracunan Hg di Teluk Minamata, dan pada tahun 1967
terjadi pencemaran Hg di sungai Agano di Nigata. Pada saat terjadi
epidemi, kadar Hg pada ikan di Teluk Minamata sebesar 11 μg/kg berat basah dan
di sungai Agano sebesar 10 μg/kg berat basah. Di Irak pada tahun 1971-1972
terjadi keracunan alkil merkuri akibat mengkonsumsi gandum yang disemprot
dengan alkil merkuri yang menyebabkan 500 orang meninggal dunia dan 6000 orang
masuk rumah sakit. Penelitian Eto (1999), menyimpulkan bahwa efek keracunan Hg
tergantung dari kepekaan individu dan faktor genetik. Individu yang peka
terhadap keracunan Hg adalah anak dalam kandungan (prenatal), bayi,
anak-anak, dan orang tua.
Gejala yang timbul akibat keracunan Hg dapat merupakan gangguan
psikologik berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat agresi. Berdasarkan temuan
Diner dan Brenner (1998) serta Frackelton dan Christensen (1998) dikatakan
bahwa diagno se klinis keracunan Hg tidaklah mudah dan sering dikaburkan dengan
diagnose kelainan psikiatrik dan autisme. Kesukaran diagnose tersebut
disebabkan oleh karena panjangnya periode laten dari mulai terpapar sampai
timbulnya gejala dan tidak jelasnya bentuk g ejala yang timbul, yang mirip
dengan kelainan psikiatrik. Berhubung sukarnya untuk mendiagnosis kelainan yang
disebabkan oleh keracunan Hg, untuk memudahkan diagnosis para klinisi (Vroom
dan Greer, 1972) membuat kriteria sebagai berikut :
1. Observasi
kemunduran fungsi, berupa: kerusakan motorik, abnormalitas sensorik, kemunduran
psikologik dan perilaku, kemunduran neurologik dan koknitif, kelainan bicara,
pendengaran, kemunduran penglihatan dan kelainan kulit serta gangguan reflek.
2.
Waktu paparan
oleh Hg bersifat akut atau kronis. Deteksi Hg pada urine, darah, kuku dan
rambut Keracunan Hg yang sering disebut sebagai mercurialism banyak
ditemukan di negara maju, misalnya Mad Hatter’s Disease yang merupakan suatu
outbreak keracunan Hg yang diderita oleh karyawan di Alice Wonderland, Minamata
Disease yang merupakan suatu outbreak keracunan Hg pada penduduk
makan ikan yang terkontaminasi oleh Hg di Minamata Jepang, dan kejadian ini
dikenal sebagai Minamata Disease.
Penyakit lain yang disebabkan oleh keracunan Hg adalah Pink
Disease yang terjadi di Guatemala dan Rusia yang merupakan outbreak keracunan
Hg akibat mengkonsumsi padi-padian yang terkontaminasi oleh Hg. Kadar Hg
di udara ambien daerah yang tidak tercemar oleh Hg berkisar antara 20-50 ng/m3.
Dengan kadar Hg udara ambien sebesar 50 ng/m3, dalam waktu tiga hari banyaknya
Hg yang terhisap oleh paru sebesar 1 μg/hari. Gejala klinis yang timbul,
tergantung pada banyaknya Hg yang masuk ke dalam tubuh, mulai dari gejala yang
paling ringan yaitu parestesia samp ai gejala yang lebih berat yaitu ataxia,
dysarthria bahkan dapat menyebabkan kematian. Paparan oleh Hg (biasanya
berupa metil merkuri) pada saat prenatal akan nampak setelah bayi lahir yang
dapat berupa cerebral palsy maupun retardasi mental. Keracunan ini dapat
terjadi jika pada ibu hamil yang mengkonsumsi daging binatang yang diberi pakan
padi - padian yang disemprot fungisida yang mengandung metil merkuri.
Keracunan Hg yang akut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
saluran pencernaan, gangguan kardiova sculer, kegagalan ginjal akut maupun shock.
Pada pemeriksaan laboratorium tampak terjadinya denaturasi protein enzim yang
tidak aktif dan kerusakan membran sel. Metil maupun etil merkuri merupakan
racun yang dapat mengganggu susunan syaraf pusat (serebrum dan serebellum)
maupun syaraf perifer. Kelainan syaraf perifer dapat berupa parastesia,
hilangnya rasa pada anggota gerak dan sekitar mulut serta dapat pula terjadi
menyempitnya lapangan pandang dan berkurangnya pendengaran.
Keracunan merkuri dapat pula berpengaruh terhadap fungsi ginjal
yaitu terjadinya proteinuria. Pada karyawan yang terpapar kronis oleh fenil dan
alkil merkuri dapat timbul dermatitis. Selain mempunyai efek pada susunan
syaraf, Hg juga dapat menyebabkan kelainan psikiatri berupa insomni a, nervus,
kepala pusing, gampang lupa, tremor dan depresi. Pada dasarnya besarnya risiko
akibat terpapar oleh Hg, tergantung dari sumber Hg di lingkungan, tingkat
paparan, teknik pengambilan sampel, analisis sampel dan hubungan dosis -respon.
c.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Kadnium (Cd)
Kadnium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang
toksisitasnya tinggi. Sebagian besar kontaminasi oleh kadnium pada manusia
melalui makanan dan rokok. Waktu paruh kadnium kira-kira 10-30 tahun. Akumulasi
pada ginjal dan hati 10-100 kali konsentrasi pada jaringan yang lain. Dalam
tubuh manusia kadnium terutama dieleminasi melalui urine. Hanya sedikit kadnium
yang diabsorbsi yaitu sekitar 5-10%. Absorbsi dipengaruhi faktor diet sep erti
intake protein, calcium, vitamin D dan trace logam seperti seng (Zn).
Proporsi yang besar adalah absorbsi malalui pernafasan yaitu antara
10 -40% tergantung keadaan fisik wilayah. Uap kadnium sangat toksis dengan
lethal dose melalui pernafasan diperkirakan 10 menit terpapar samp ai dengan
190 mg/m3 atau sekitar 8 mg/m3 selama 240 menit akan dapat menimbulkan
kematian. Gejala umum keracunan Cd adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek),
batuk -batuk dan lemah. Terpapar akut oleh kadnium (Cd) menyebabkan gejala
nausea (mual), muntah, diare, kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan
lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan kardiovaskuler, empisema dan
degenerasi testicular (Ragan & Mast , 1990). Perkiraan dosis mematikan ( lethal
dose) akut adalah sekitar 500 mg/kg untuk dewasa dan efek dosis akan nampak
jika terabsorbsi 0,043 mg/kg per hari (Ware, 1989) .
Gejala akut dan
kronis akibat keracunan Cd ( Kadnium) :
1.
Gejala akut :
a)
Sesak dada.
b)
Kerongkongan
kering dan dada terasa sesak ( constriction of chest )
c)
Nafas pendek.
d)
Nafas
terengah-engah , distress dan bisa berkembang ke
e)
arah penyakit
radang paru-paru.
f)
Sakit kepala
dan menggigil.
g)
Mungkin dapat
diikuti kematian.
2.
Gejala kronis:
a)
Nafas pendek.
b)
Kemampuan
mencium bau menurun.
c)
Berat badan
menurun
d)
Gigi terasa
ngilu dan berwarna kuning keemasan.
Selain menyerang pernafasan dan
gigi, keracunan yang bersifat kronis menyerang juga saluran pencernaan, ginjal,
hati dan tulang. Usaha manusia untuk mengetahui pengaruh kadnium terhadap
kesehatan dapat menggunakan pendekatan dengan cara percobaan-percobaan terhadap
binatang seperti yang diterangkan sebagai berikut.
3. Pengaruh Cd
terhadap ginjal.
Percobaan binatang dengan
menyuntikan larutan kadnium klorida kedalam tubuh kelinci betina manunjukkan
bahwa kelinci tersebut turun berat badannya. Urinenya mengandung protein
melampaui batas normal dan kadang-kadang disertai keluarnya alkaliphosphatase
dan asam Phosphatase sebagai tanda adanya kerusakan pada tubulus distal dari
ginjal. Konsentrasi kadnium klorida sebesar antara 10,50 - 300 ppm dalam air
minum tikus menyebabkan perubahan dari hampir seluruh pembuluh darah ginjal
apabila diperiksa dengan mikroskop electron. Tetapi tidak ada tanda –tanda
perubahan yang terlihat dalam waktu 24 minggu apabila kadar kadnium dalam air
minum tersebut hanya 1 ppm.
4. Pengaruh Cd
terhadap hipertensi.
Kadnium sebagai penyebab hipertensi
atau penyebab penyakit jantung pada manusia (aterosclerotic heart disease)
mungkin masih diragukan, tetapi percobaan dengan binatng untuk mengetahui
hubungan tersebut telah dilakukan. Binat ang percobaan kelinci dibuat
hipertensi dengan memberikan injeksi intra peritoneal kadnium asetat seminggu
sekali sampai beberapa bulan lamanya. Suatu endapan kadnium terbentuk beberapa
waktu kemudian dalam jaringan hati dan ginjal (batu ginjal merupakan salah satu
penyebab hipertensi dan hipertensi merupakan salah satu penyebab penyakit
jantung)
5. Pengaruh Cd
terhadap kerapuhan tulang.
Penyakit kerapuhan tulang seperti
didapatkan pada penyakit itai itai diketemukan pula pada percobaan pada
tikus jantan yang diberi diet makanan yang mengandung kadnium serta kadar
protein dan kalsiumnya rendah. Bardasarkan percobaan ini orang menduga bahwa
makanan yang bergizi rendah menyebabkan orang mudah terkena keracunan kadnium (kadnium
intoxication).
6. Metabolisme/interaksi
kadnium (Cd) – Seng (Zn).
Apabila selain logam kadnium
terdapat pula logam seng, maka akan terjadi interaksi antara logam Cd dan Zn
(Cd -Zn). Interaksi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kadnium dapat
disebut sebagai zat anti metabolic untuk seng karena dapat melawan partukaran
seng (Zn) dalam proses metabolisme dalam jumlah yang diperlukan untuk
merangsang pertumbuhan, fungsi hematology dan kontrol suhu badan. Hal tersebut
memungkinkan kadnium (Cd) merupakan penyebab penyakit kakurangan zat seng yang
karakteristik itu walaupun sesungguhnya makanannya mengandung cukup zat seng
(Zn).
b. Terdapat
perbedaan interaksi Cd-Zn untuk tingkat biokimia tertentu pada distribusi ke
organ tubuh pada tikus besar dan kecil (mouse and rat). Sejumlah seng
khlorida dan kadnium klorioda yang eqimolar diinjeksikan, seng (Zn) akan
terakumulasi lebih cepat pada erythocyt, sedangkan kadnium (Cd) akan
terakumulasi lebih cepat pada citoplasma. Kedua isotop tersebut akan
menunjukkan kadar yang sama pada hati (liver) dan ginja l. Namun dalam waktu
dua minggu seng (Zn) akan terusir dan masuk kedalam molekul besar sitoplasma (c
itoplasmic molecules), sedangkan kadnium (Cd) akan bergabung dengan
protein yang mempunyai berat molekul sekitar 11.000 -12.000. Apabila kedua
isotop diinjeksikan kedalam tikus besar ( rat) yang bunting, maka dalam
janin dan placenta akan lebih banyak didapakan kadnium (Cd) dari pada seng
(Cd).
Dapat disimpulkan
bahwa kadnium mengikuti pola metabolisme yang berbeda dengan seng.
o Kandungan kadnium (Cd) dalam darah.
Konsentrasi kadnium yang normal dalam darah adalah 10 µg/l, yaitu
pada orang yang tinggal di daerah dengan udaranya bersih, dimana kandungan debu
kadniumnya tidak lebih dari 20 µg/m3.
o Kandungan kadnium (Cd) dalam rambut.
Dengan
menggunakan autoradiography seluruh badan sesudah injeksi intravenous 109 Cd
(isotop 109) pada tikus, diketahui bahwa kandungan kadnium didalam rambut dapat
digunakan untuk menentukan berapa besar akumulasi kadnium dalam seluruh tubuh
tikus. Tetapi teknik ini tidak dapat diterapkan pada manusia karena terbentur
pada masalah perbedaan tingkat kemampuan penyerapan kadnium oleh berbagai jenis
rambut yang berbeda warnanya, perbedaan karena usia serta kontaminasi rambut
dari luar (pemakaian bahan kosmetik) .
d.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Arsenic (As)
Intoksikasi tubuh manusia terhadap
arsenik (As), dapat berakibat buruk terhadap mata, kulit, darah , dan liver.
Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada
bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields)
mata. Pada kulit menyebabkan berwarna gelap (hiperpigmentasi),
penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit
(dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic).
Pada darah, menyebabkan kegagalan
fungsi sungsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel
darah perifer). Pada liver, mempunyai efek yang signifikan pada paparan yang
cukup lama (paparan kronis), berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver
(enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis
(jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan
dalam ruang perut). Pada ginjal, Arsen (As) akan menyebabkan kerusakan ginjal
berupa renal damage (terjadi ichemia and kerusakan jaringan).
Pada saluran pernafasan, akan
menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi
bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam
berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan
penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi
oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit
pembuluh darah perifer (varises, penyakit bu rger). Pada sistem
reproduksi, efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan
dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut effek
malformasi.
Pada sistem immunologi, terjadi
penurunan daya tahan tubuh / penurunan kekebalan, akibatnya peka
terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada
sistem sel, efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam
inti sel menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati. Pada
Gastrointestinal (saluran pencernaan) , Arsen akan menyebabkan perasaan
mual dan muntah, serta nyeri perut, mual (nausea) dan muntah
(vomiting).
e.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Chromium (Cr).
Keracunan tubuh manusia terhadap
chromium (Cr), dapat berakibat buruk terhadap saluran pernafa san, kulit,
pembuluh darah dan ginjal. Efek chromium (Cr) terhadap sistem saluran
pernafasan (Respiratory sistem effects), berupa kanker paru dan ulkus kronis/
perforasi pada septum nasal. Pada kulit (Skin effects), berupa ulkus
kronis pada permukaan kulit. Pada pembuluh darah (Vascular effects),
berupa penebalan oleh plag pada pembuluh aorta (Atherosclerotic aortic
plaque). Sedangkan pada ginjal (Kidney effects), kelainan berupa
nekrosis tubulus ginjal.
f.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Besi (Fe).
Besi merupakan logam berat, karena
dengan mengonsumsi suplemen zat besi, anak-anak kecil akan keracunan, misalnya,
konsumsi sebanyak 5-9 tablet besi 30 mg. Konsumsi makanan yang mengandung besi
dapat menimbulkan efek racun, karena besi diserap dengan cepat dalam saluran
pencernaan. Sifat korosif dari besi lebih meningkatkan penyerapan racun.
Keracunan besi dapat terjadi jika mengonsumsi sulfat merah-tablet yang dilapisi
besi atau preparat multivitamin dewasa untuk permen. Sumber-sumber lain dari
besi adalah air minum, pipa besi, dan peralatan masak. Target organ adalah
hati, sistem kardiovaskular, dan ginjal.
g.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Kobalt (Co).
Kobalt menetap di udara selama beberapa hari. Kobalt menetap
bertahun-tahun dalam air dan tanah, sehingga dapat bergerak dari tanah ke air
bawah tanah. Setiap orang dapat terkena kobalt pada tingkat rendah di udara,
air, dan makanan. Orang-orang yang tinggal di daerah limbah berbahaya yang
mengandung kobalt dapat terkena efek racun kobalt. Pekerja yang membuat
produk-produk yang mengandung kobalt dapat mengalami keracunan. Toksisitas akut
kobalt dapat diamati sebagai efek pada paru-paru, asma, pneumonia, dan sesak
napas. Pada tahun 1960, beberapa pabrik bir menambahkan kobalt dalam bir untuk
menstabilkan busa. Beberapa orang yang minum dalam jumlah besar bir mengalami
mual, muntah, dan efek serius pada jantung. Namun, efek pada jantung tidak
terlihat pada orang yang mengidap anemia atau wanita hamil.
h.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Nikel (Ni).
Nikel dan senyawanya tidak memiliki karakteristik bau atau rasa.
Nikel terdapat di udara, menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam
hujan. Sumber utama nikel adalah asap tembakau, knalpot mobil, pupuk,
superfosfat, pengolahan makanan, dihidrogenasi lemak-minyak, limbah industri,
peralatan masak stainless steel, pengujian perangkat nuklir, baking powder,
pembakaran bahan bakar minyak, perawatan gigi dan jembatan. Efek yang
ditimbulkan logam nikel adalah serangan asma, bronkitis kronis, sakit kepala,
pusing, sesak napas, muntah, nyeri dada, batuk, sesak napas, kejang, bahkan
kematian.
i.
Impilikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Seng (Zn).
Seng dilepaskan ke lingkungan oleh proses alam, namun sebagian
besar berasal dari kegiatan manusia seperti pertambangan, produksi baja,
pembakaran batu bara, dan pembakaran sampah. Sebagian besar zink di dalam tanah
tetap terikat pada partikel tanah. Toksisitas akut yang ditimbulkan oleh zink
adalah kekeringan tenggorokan, batuk, kelemahan, menggigil, demam, mual dan
muntah.
3.
Logam Ringan
(Trace Metal)
1.
Pengertian
Logam Ringan
Logam ringan adalah logam yang
memiliki sifat tahan korosi akan tetapi cukup aman terhadap dampak kepada
lingkungan. Logam Ringan memiliki massa jenis kurang dar 5 g/cm3. seperti,
Natrium (Na), Litium (Li), Skandium (Sc), Kalsium (Ca), Boron
(B), Barium (Ba), Selenium (Se), Kalium (K), Fransium (Fr), Rubidium (Rb).
Seperti
logam ringan aluminium (Al), Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang
berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan
aditif makanan, antasida, buffered
aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap
tembakau, penggunaan aluminium
foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik.
Terang dan kuat. Merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa
menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi
batangan dengan bermacam-macam penampang.
2.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Berat
a.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Aluminium (Al)
Sekitar 20 tahun yang lalu, ada
penelitian yang menunjukkan bahwa aluminium merupakan penyebab penyakit
alzheimer. Akibatnya, banyak organisasi dan individu yang mengurangi tingkat
pemakaian peralatan dari aluminium.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menyimpulkan bahwa, penelitian yang menyatakan bahwa aluminium merupakan
penyebab penyakit alzheimer tidak dapat dipercaya, karena penelitian tersebut
tidak memperhitungkan asupan aluminium total yang ada dalam penyakit itu.
Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa aluminium sebagai penyebab utama
penyakit alzheimer, para peneliti bersepakat untuk melakukan penelitian lebih
lanjut lagi. Pada industri manufaktur mobil, perlu diperhatikan keselamatan
para pekerja, karena aluminium yang terkandung dalam cairan logam di tempat
kerja menyebabkan kanker. Target organ aluminium adalah sistem saraf pusat,
ginjal, dan sistem pencernaan.
b.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Barium (Ba)
Beberapa senyawa barium mudah larut
dalam air dan ditemukan di danau atau sungai.
Dampak yang ditimbulkan senyawa barium yang berbeda tergantung pada
kelarutan senyawa barium. Barium yang
tidak larut dalam air, tidak berbahaya dan sering digunakan oleh dokter untuk
tujuan medis. Senyawa barium yang larut dalam air dapat menyebabkan efek
kesehatan yang berbahaya, misalnya kesulitan bernapas, tekanan darah meningkat,
perubahan irama jantung, iritasi perut, pembengkakan otak, kelemahan otot,
kerusakan hati, ginjal, dan limpa.
c.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Berilium (Be)
Pekerja pabrik yang bekerja pada
pertambangan atau pengolahan bijih, pabrik yang menggunakan paduan dan
manufaktur kimia dengan berilium, permesinan atau daur ulang logam yang
mengandung berilium sangat berbahaya, karena mereka menghirup udara tempat
kerja yang terkontaminasi dengan berilium. Tinggi tingkatan berilium di udara
menyebabkan kerusakan paru-paru. Berilium diserap perlahan-lahan dari paru-paru
ke dalam darah, dan kemudian diangkut ke sistem rangka, hati dan ginjal.
d.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Selenium (Se).
Selenium mengakibatkan gangguan pada
kelenjar tiroid dan kesehatan jantung. Selenium partikel kecil di udara menetap
di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan. Selenium menyerupai sulfur
dalam sifat fisik dan kimia. Konsentrasi selenium dalam darah 19-25 mikrogram
per 100 mililiter. Selenium menyebabkan kanker, leukemia limfositik, paru-paru,
pencernaan, usus besar, karsinoma genitourinari, kanker kulit, dan penyakit hodgkins.
e.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Natrium (Na).
Natrium atau sodium adalah unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Na dan nomor atom 11. Natrium
adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan seperti lilin, yang termasuk ke
logam alkali yang banyak terdapat dalam senyawa alam (terutama halite). Dia
sangat reaktif, apinya berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi
kuat dengan air, sehingga harus disimpan dalam minyak. Karena sangat reaktif,
natrium hampir tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur murni.
Bahan pengawet benzoat banyak
digunakan sebagai pengawet salah satunya digunakan pada minuman soft drink.
Meski kandungan bahan pengawet tersebut umumnya tidak terlalu besar, akan
tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus tentu akan berakumulasi dan
menimbulkan efek terhadap kesehatan. Dampak lain dari bahan pengawet minuman
adalah kanker, dikonsumsi secara berlebihan dapat timbul efek samping berupa
edema (bengkak) yang dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di
dalam tubuh. Bisa juga naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume
plasma lantaran pengikatan air oleh natrium (Fadliwdt, 2007). Maka diperlukan
penelitian lebih lanjut terhadap pengawet benzoat pada minuman jenis soft drink.
f.
Implikasi
Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Litium (Li).
Litium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Li dan nomor atom 3. Unsur ini termasuk dalam logam alkali dengan warna
putih perak. Dalam keadaan standar, litium adalah logam paling ringan sekaligus
unsur dengan densitas paling kecil. Seperti logam-logam alkali lainnya, litium
sangat reaktif dan terkorosi dengan cepat dan menjadi hitam di udara lembap.
Oleh karena itu, logam litium biasanya disimpan dengan dilapisi minyak.
Litium adalah unsur ke-33 paling melimpah di bumi, namun oleh
karena reaktivitasnya yang sangat tinggi membuat unsur ini hanya bisa ditemukan
di alam dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain. Litium ditemukan di
beberapa mineral pegmatit, namun juga bisa didapatkan dari air asin dan
lempung. Pada skala komersial, logam litium didapatkan dengan elektrolisis dari
campuran litium klorida dan kalium klorida.
Sekelumit litium terdapat dalam samudera dan pada beberapa
organisme walaupun unsur ini tidak berguna pada fungsi biologis manusia.
Walaupun demikian, efek neurologi dari ion litium Li+ membuat garam litium
sangat berguna sebagai obat penstabilan suasana hati. Litium dan
senyawa-senyawanya mempunyai beberapa aplikasi komersial, meliputi keramik dan
gelas tahan panas, aloi dengan rasio kekuatan berbanding berat yang tinggi
untuk pesawat terbang, dan baterai litium. Litium juga memiliki tempat yang
penting dalam fisika nuklir.