Sabtu, 13 Juli 2013

Logam Toksik


1. Toksisitas Logam

Logam adalah elemen yang dalam larutan air dapat melepas satu atau lebih electron dan menjadi kation. Logam mempunyai beberapa karakteristik penting sebagai berikut :
·         Refleksifitas tinggi
·         Mempunyai kilau logam
·         Konduktivitas listrik tinggi
·         Konduktivitas termal tinggi
·         Mempunyai kekuatan dan kelenturan
Logam dapat dikelompokkan menjadi :
·         Logam berat dan logam ringan, dimana logam berat mempunyai berat jenis >5 dan yang ringan <5.
·         Logam essensial bagi kehidupan dan yang tidak essensial.
·         Logam yang terdapat hanya sedikit (trace mineral), dan yang bukan trace mineral. Bila konsentrasi logam dikerak bumi ≥ 1000 ppm, maka logam tersebut bukan trace mineral. Atas definisi ini semua logam akan tergolong trace mineral, kecuali oksigen, hydrogen, silicon, aluminium, titanium, magnesium, natrium, kalium, kalsium, besi, fosfor, dan mangan.
Menurut Duffus (1980),  dari 80 elemen yang tergolong logam hanya/baru 50 saja yang berarti secara ekonomis dan industrial.
Logam ini ditemukan dan menetap dalam alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisiokimia, biologis, atau akibat aktifitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis bila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena penggunaanya di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai funsi biokimia/faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila terdapat dalam makanan, air, atau udara, dan dapat berbahaya bagi para pekerja tambang, pekerja peleburan logam berbagai jenis industri.

Proses Tebentuknya
            Kebanyakan logam dan “metaloid” terdapat di alam, tersebar dalam batu-batuan, bijih tambang, tanah, dan udara. Tetapi distribusinya nyata sekali tidak rata. Umumnya, kadar dalam tanah, air, dan udara relatif rendah. Kadar ini dapat meningkat bila ada aktivitas geologi, misalnya pendegasan, yang melepaskan 25.000-125.0000 ton merkuri setahun. Aktivitas manusia dapat lebih bermakna dalam hubungannya dengan pajanan manusia karena mereka menaikkan kadar logam itu di tempat aktivitas manusia.

Penggunaan dan Pajanan pada Manusia
Di zaman dulu, logam tertentu, misalnya tembaga, besi, dan timah digunakan untuk membuat peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata. Penambangan dan peleburan dilakukan untuk memasok kebutuhan itu. Aktifitas ini menyebabkan meningkatnya kadar logam dan lingkungan. Selain itu, karena bijih tambang sering menganduung logam lain, misalnya timbal dan arsen, kadar “pencemaran” ini juga meningkat. Dalam tahun belakangan ini lebih banyak lagi jenis logam yang digunakan dalam industri, pertanian dan kedokteran.
Contohnya :
-          Merkuri : digunakan secara luas dalam industri kloalkali sebagai katode dalam elektrolisis garam dalam air untuk menghasilkan klorin dan natrium hidroksik, keduanya merupakan bahan mentah yang penting dalam industri kimia.
-          Timbal : digunakan dalam baterai dan industri kabel, selain itu timbal sebagai insektisida, zat tamabahan bahan bakar dan pigmen dalam cat secara berangsur-angsur dihentikan.
Belakangan ini, industri angkasa luar dan profesi kedokteran serta kedokteran gigi membutuhkan bahan yang kuat, tahan karat, dan bersifat noniritan. Karenanya aloi titanium dan logam lain kini menjadi semakin penting.

 Tempat kerja
Kerja utama logam adalah menghambat enzim. Efek ini biasanya timbul akibat interaksi antar logam dengan gugus SH pada enzim itu. Suatu enzim dapat juga dihambat oleh logam toksik melalui penggusuran kofaktor logam yang penting dalam enzim. Contohnya, timbal dapat menggantikan zink dalam enzim yang bergantung pada adanya zink, misalnya  asam δ-aminolevulinat hidratase (ALAD).
Melanisme lain dalam mengganggu fungsi enzim adalah menghambat sintesisnya. Contohnya, nikel dan platina menghambat asam δ-aminolevulinat sintetase (ALAS), sehungga mengganggu sintesis hem, zat yang merupakan komponen penting bagi hemoglobin dan sitokrom ( Maines dan Kappas, 1977 ). Enzim dapat dilindungi dari logam toksik dengan pemberian “ zat pengkelat”, misalnya di merkaprol ( BAL), yang membentuk ikatan stabil dengan logam. 

Organel Subseluler
Efek toksik logam merupakan akibat dari reaksi antara logam dan komponen intrasel. Untuk dapat menimbulkan efek toksiknya pada suatu sel, logam harus memiliki sel. Proses masuknya melintasi membran akan lebih mudah kalu logam ini bersifat lipofilik, misalnya metil merkuri. Bila logam ini terikat pada suatu protein, zat ini diserap dengan endositosis. Difusi pasif merupakan cara masuk yang lain bagi logam.
Setelah masuk kedalam sel, logam dapat mempengaruhi berbagai organel. Contohnya, retikulum endoplasma mengandung berbagai jenis enzim. Enzim mikrosom ini dihambat oleh banyak logam, misalnya kadmium, kobalt, metil merkuri, dan timah. Logam-logam toksik juga mengacaukan struktur retikulum endoplasma itu. Lisosom merupakan tempat lain u tuk kerja logam. Misalnya, kadmium sebagai konjugat metalotionein. Kadmium tersusun dalam lisosom sel tubulus proksimal ginjal.
Dalam lisosom kompleks kadmium berdegradasi dan melepaskan Cd2+. Ion kadmium menghambat enzim proteolitik dalam lisosom dan menyebabkan cidera sel. Karena aktivitas metabolismenya tinggi dan transpot membranya cepat mitokondria juga sering menjadi sasaran logam. Enzim-enzim pernafasan dalam organ ini dengan mudah dihambat oleh logam. Beberapa logam memasuki inti sel dan dapat membentuk badan inklusi.
 Contohnya, pajanan kronis terhadap timbal dapat menginduksi badan inklusi dalam nukleus sel tubulus proksimal ginjal. Keadaan ini juga merangsang sintesis DNA, RNA , dan protein. Adenokarsenoma ginjal yang diinduksi oleh timbal diduga disebabkan oleh mekanisme ini.
Organel subseluler dapat meningkatkan atau mengurangi pergerakan logam melintasi membran biologis ini, sehingga mempengaruhi toksisitasnya. Selain itu, protein tertentu dalam sitosol, lisosom, dan nukleus dapat mengikat logam toksik. Misalnya, Cd, Pb dan Hg, dan menurunkan ketersediaanya untuk melakukan efek toksik pada organel dan tempat metabolisme yang peka ( Flowler dkk., 1984 ).  

Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas
 

1. Tingkat dan Lamanya Pajanan
Makin tinggi kadarnya dan makin lama pajanan, efek toksik akan lebih besar. Perubahan dalam tingkat dan lamanya pajanan dapat mengubah sifat efek toksik.
Contoh, kadmium dalam satu dosis tunggal dan besar dapat menginduksi gangguan saluran cerna. Asupan Cd yang berjumlah lebih kecil tetapi berulang kali mengakibatkan gangguan fungsu ginjal.


2. Bentuk KIma
Contoh, merkuri senyawa organiknya merupakan toksikan ginjal, sementara senyawa metil merkuri dan etil merkuri lebih toksik bagi susunan saraf. Jenis senyawa merkuri yang belakangan ini bersifat lipofilik dan karenanya dapat melintasi sawar darh-otak dengan mudah. Dengan cara yang sama, tetraetiltimbal dapat dengan mudah memasuki sarung mielin dan mempengaruhi susunan saraf.


3. Kompleks Protein-logam
Contohnya, besi dapat bergabung dengan protein untuk membentuk feritin yang bersifat larut dalam air. Kadmium dan beberapa logam lain (misalnya tembaga dan zink) bergabung dengan metalotionein, suatu protein dengan bobot molekul rendah. Komplek Cd tidak begitu toksik di bandingkan Cd2+. Tetapi, dalam sel tubulus ginjsl, kadmium-metalotionein melepaskan Cd2+ dan menyebabkan efek toksik (Squibb dan Fowler, 1984).


4. Faktor penjamu
Anak kecil lebih rentan terhadap timbal karena biasannya kepekaannya lebih besar dan tingkat penyerapan dalam saluran cernanya juga lebih besar. Selain itu, berdasarka unit berat bada, pada anak kecil asupan makanan-yang merupakan sumber utama timbal-lebih besar. Faktor-faktor diet misalnya, defisiensi protein, vitamin C dan vitamin D meningkatkan toksisitas timbal dan kadmium.
Timbal dan merkuri, dapat melintasi plasenta dan mempengaruhi janin. Ada bukti bahwa bayi yang terpajan dalam kandungan akan di pengaruhi secara lebih berat daripada ibunya. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa dosis median yang menyebabkan ataksia dalam ibunya adalah 2,7 ± 0,18 mg/kg, sementara dosis anak-anak yang terpajan sebelum lahir adalah 1,23 ± 0.87 (Clarkson, 1981).


Beberapa Efek Toksik Yang Umum
 
1. Karsinogenisitas
Beberapa logam telah terbukti dapat bersifat karsinogenik pada manusia, hewan, atau pada keduanya. Berilium, kadmium, dan sisplatin kemungkinan merupakan karsinogenik manusia. Logam lain terbentuk mungkin bersifat karsinogenik, tetapi fungsi yang ada tidak cukup memastikan hal itu.

2. Fungi Imun
Pajanan terhadap logam tertentu dapat mengakibatkan penghambatan berbagai fungsi imun. Logam-logam lain, misalnya berilium, kromium, nikel, emas, merkuri, platin, dan zirkonium dapat menginduksi reaksi hipersensitivitas.

3. Susunan Saraf
Karena kerentananya, susunan saraf sering menjadi sasaran logam  toksik. Tetapi, sekalipun logam yang sama, bentuk fisikokimianya sering mementukan sifat toksisitasnya. Seperti deterangkan diatas, uap logam merkuri dan metil merkuri dengan mudah memasuki susunan saraf dan menginduksi efek terhadap toksis. Senyawa merkuri anorganik tidak mungkin memasuki susunan saraf dalam jumlah yang cukup banyak sehingga biasanya tidak bersifat neurotoksik.
Demikian pula senyawa organik timbal terutama bersifat neurotoksik, sedangkan senyawa timbal anorganik lebih dulu mempengaruhi sintesis hem. Tetapi pada tingkat pajanan yang jauh lebih tinggi, senyawa-senyawa itu dapat menginduksi ensefalopati, dan dalam keadaan moderat senyawa ini mungkin mengakibatkan defisit fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil.

4. Ginjal
Sebagai organ eksresi utama dalam tubuh, ginjal juga sering menjadi organ sasaran. Kadmium mempengaruhi sel tubulus proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama air kencing. Selain itu, kromim, platina, dan senyawa merkuri anorganik juga menginduksi kerusakan ginjal terutama pada tubulus proksimal.

5. Sistem pernapasan
Adalah organ sasaran utama bagi sebagian besar logam setelah pajanan ditempat kerja. Ada beberapa jenis respon. Banyak logam yang menyebabkan iritasi dan radang saluran nafas; bagian yang dipengaruhi bergantung pada jenis logamnya dan lamanya pajanan. Pada pajanan akut, kromium mempengaruhi lubang hidung, arsen mempengaruhi bronki, dan berilium mempengaruhi paru-paru. Pajanan yang lama dapat menyebabkan fibrosis (alumunium, besi), karsinoma (arsen, kromium, dan nikel), granuloma (berilium).

2.        Logam Berat (Heavy Metal)


1. Pengertian Logam Berat

Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densi tas lebih dari 5 gr/cm3 (Fardiaz, 1992). Hg mempunyai densitas 13,55 gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat
lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Waldchuk, 1984, di dalam Fardiaz, 1992).
 Logam berat adalah unsur logam dengan molekul tinggi. Dalam kadar yang rendah sekalipun logam berat umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. (Notohadiprawiro,T.1993)
Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung bagian mana logam berat terikat dalam tubuh. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, bagi beberapa orang karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.
Logam berat jika sudah terserap kedalam tubuh akan menumpuk hingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama perairan telah terkontaminasi (tercemar) logam berat maka proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan. Kontaminasi logam berat ini dapat berasal dari faktor alam seperti kegiatan gunung berapi dan kebakaran hutan atau factor manusia seperti pembakaran minyak bumi, pertambangan, peleburan, proses industry, kegiatan pertanian, peternakan dan kehutanan, serta limbah buangan termasuk sampah rumah tangga. (Putra.J.A.2006).

2. Sumber  Bahan Pencemar  Logam Berat
 
a.       Sumber dari Alam
Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir ( sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5 -25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1- 60μg/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga. Secara alami Hg dapat berasal dari gas gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Dilaporkan kandungan kadnium (Cd) dalam air laut di dunia di bawah 20 ng/l. Variasi lain kandungan kadnium dari air hujan, freshwater dan air permukaan di perkotaan dan daerah industri, kadnium pada level 10–4000 ng/l tergantung pada spesifikasi lokasi atau saat pengukuran larutan kadnium (WHO 1992).
Kadnium masuk kedalam freshwater dari sumber yang berasal dari industri. Air sungai dan irigasi untuk pertanian yang mengandung kadnium akan terjadi penumpukan pada sedimen dan Lumpur. Sungai dapat mentrasport kadnium pada jarak sampai dengan 50 km dari sumbernya.


Kadnium dalam tanah bersumber dari alam dan sumber antropogenik. Yang berasal dari alam berasal dari batuan atau material lain seperti glacial dan alluvium. Kadnium dari tanah yang berasal dari antropogenik dari endapan penggunaan pupuk dan limbah. Sebagian besar kadnium dalam tanah berpengaruh pada pH, larutan material organic, logam yang mengandung oksida, tanah liat dan zat organik maupun anorganik. Rata-rata kadar kadnium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1 -0,5 ppm.

b.      Sumber dari Industri
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:

o    Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat ( primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam ( scrap).

o   Industri batery.Industri ini banyak menggunakan logam Pb terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.

o   Industri bahan bakar. Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sum ber pencemaran Pb.

o   Industri kabel. Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.

o   Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna.Pada industri ini seringkali dipakai Pb karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.

Industri pengecoran logam dan semua industri yang menggunakan Hg sebagai bahan baku maupun bahan penolong, limbahnya merupakan sumber pencemaran Hg. Sebagai contoh antara lain adalah industri klor alkali, peralat an listrik, cat, termometer, tensimeter, iindustri pertanian, dan pabrik detonator. Kegiatan lain yang merupakan sumber pencemaran Hg adalah praktek dokter gigi yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi . Selain itu bahan bakar fosil juga merupakan sumber Hg pula.

c.       Sumber dari Transportasi
Hasil pembakaran dari bahan tambahan ( aditive) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam berat Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya.

3.        Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Berat

a.       Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Berat Timbal (Pb)
Menurut ketentuan WHO, kadar Pb dalam darah manusia yang tidak terpapar oleh Pb adalah sekitar 10 -25 μg/100 ml. Pada penelitian yang dilakukan di industri proses daur ulang aki bekas, Suwandi (1995) menemukan bahwa kadar Pb udara di daerah terpapar pada malam hari besarnya sepuluh kali lipat kadar Pb di daerah tidak terpapar pada malan hari (0,0299 mg/m 3 vs 0,0028 mg/m3), sedangkan rerata kadar Pb Blood ( Pb -B ) di daerah terpapar 170,44 μg/100 ml dan di daerah tidak terpapar sebesar 45,43 μg/100 ml. Juga ditemukan bahwa semakin tinggi kadar Pb -B, semakin rendah kadar Hb nya.
Pada penelitian mengenai kadar Pb di udara ambien dan hubungan antara kadar Pb-B dengan IQ anak sekolah, Susanto(1997) menemukan bahwa kadar Pb udara ambien di daerah penelitian sebesar 0,00103 mg/m3, masih dibawah nilai baku mutuyang besarnya 0,060 mg/m3. Didapatkan pula bahwa kadar Pb-B anak SD di kawasan tertib lalu-lintas (sekitar 39,73 ug/100 ml) lebih tinggi dari kadar Pb-B di luar kawasan tertib lalu lintas (16,30 μg/100 ml). Tidak di temukan pula perbedaan yang bermakna antara IQ anak sekolah SD di kawasan tertib lalu lintas dan di luar kawasan tertib lalu lintas. 
Mukono, et al. (1991) meneliti status kesehatan dan kadar Pb-B karyawan SPBU (Setasiun Pompa Bensin Umum) di Jawa Timur, menemukan bahwa pemeriksaan darah lengkap pada karyawan SPBU dengan penjualan bensin kurang dari 8 ribu liter lebih baik dari karyawan SPBU yang menjual bensin lebih dari 10 ribu liter per har i. Didapatkan pula bahwa rerata kadar Pb -B karyawan SPBU sebesar 77,59 μg/100 ml. Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ sebagai berikut :

o   Gangguan neurologi.
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anakanak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.

o   Gangguan terhadap fungsi ginjal .
Logam berat Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis va skuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.

o   Gangguan terhadap sistem reproduksi .
Logam berat Pb dapat menyebabk an gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang ren dah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ .

o   Gangguan terhadap sistem hemopoitik .
Keracunan Pb dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ri ngan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA ( Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak – anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan Pb pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine).
 Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan Pb pada manusia. Anemia tidak terjadi pada karyawan industri dengan kadar Pb-B (kadar Pb dalam darah) dibawah 110 ug/100 ml. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan Pb. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan kadar Pb di dalam darah.

o   Gangguan terhadap sistem syaraf .
Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan. Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40-80 μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep.
Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai 18 tahun. Untuk melihat hubungan antara kadar Pb -B dengan IQ (Intelegance Quation) telah dilakukan penelitian pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan kondisi sosial ekonomi dan etnis yang sama. Pada sampel dengan kadar Pb-B sebesar 40-60 μg/ml ternyata mempunyai IQ lebih rendah apabila dibandingkan dengan  sampel yang kadar Pb-B kurang dari 40 μg/ml. Pada dewasa muda yang berumur sekitar 17 tahun tidak tampak adanya hubungan antara Pb-B dan IQ.

b.      Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Merkuri (Hg).
Pada studi epidemiologi ditemukan bahwa keracunan metil dan etil merkuri sebagian besar di sebabkan oleh konsumsi ikan yang di peroleh dari daerah tercemar atau makanan yang berbahan baku tumbuhan yang disemprot dengan pestisida jenis fungisida alkil merkuri. Pada tahun 1968 Katsuna melaporkan adanya epidemi keracunan Hg di Teluk Minamata, dan pada tahun 1967 terjadi pencemaran Hg di sungai Agano di Nigata.         Pada saat terjadi epidemi, kadar Hg pada ikan di Teluk Minamata sebesar 11 μg/kg berat basah dan di sungai Agano sebesar 10 μg/kg berat basah. Di Irak pada tahun 1971-1972 terjadi keracunan alkil merkuri akibat mengkonsumsi gandum yang disemprot dengan alkil merkuri yang menyebabkan 500 orang meninggal dunia dan 6000 orang masuk rumah sakit. Penelitian Eto (1999), menyimpulkan bahwa efek keracunan Hg tergantung dari kepekaan individu dan faktor genetik. Individu yang peka terhadap keracunan Hg adalah anak dalam kandungan (prenatal), bayi, anak-anak, dan orang tua.
Gejala yang timbul akibat keracunan Hg dapat merupakan gangguan psikologik berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat agresi. Berdasarkan temuan Diner dan Brenner (1998) serta Frackelton dan Christensen (1998) dikatakan bahwa diagno se klinis keracunan Hg tidaklah mudah dan sering dikaburkan dengan diagnose kelainan psikiatrik dan autisme. Kesukaran diagnose tersebut disebabkan oleh karena panjangnya periode laten dari mulai terpapar sampai timbulnya gejala dan tidak jelasnya bentuk g ejala yang timbul, yang mirip dengan kelainan psikiatrik. Berhubung sukarnya untuk mendiagnosis kelainan yang disebabkan oleh keracunan Hg, untuk memudahkan diagnosis para klinisi (Vroom dan Greer, 1972) membuat kriteria sebagai berikut :

1. Observasi kemunduran fungsi, berupa: kerusakan motorik, abnormalitas sensorik, kemunduran psikologik dan perilaku, kemunduran neurologik dan koknitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran penglihatan dan kelainan kulit serta gangguan reflek.

2.      Waktu paparan oleh Hg bersifat akut atau kronis. Deteksi Hg pada urine, darah, kuku dan rambut Keracunan Hg yang sering disebut sebagai mercurialism banyak ditemukan di negara maju, misalnya Mad Hatter’s Disease yang merupakan suatu outbreak keracunan Hg yang diderita oleh karyawan di Alice Wonderland, Minamata Disease yang merupakan suatu outbreak keracunan Hg pada penduduk makan ikan yang terkontaminasi oleh Hg di Minamata Jepang, dan kejadian ini dikenal sebagai Minamata Disease.
 Penyakit lain yang disebabkan oleh keracunan Hg adalah Pink Disease yang terjadi di Guatemala dan Rusia yang merupakan outbreak keracunan Hg akibat mengkonsumsi padi-padian yang terkontaminasi oleh Hg. Kadar Hg di udara ambien daerah yang tidak tercemar oleh Hg berkisar antara 20-50 ng/m3. Dengan kadar Hg udara ambien sebesar 50 ng/m3, dalam waktu tiga hari banyaknya Hg yang terhisap oleh paru sebesar 1 μg/hari. Gejala klinis yang timbul, tergantung pada banyaknya Hg yang masuk ke dalam tubuh, mulai dari gejala yang paling ringan yaitu parestesia samp ai gejala yang lebih berat yaitu ataxia, dysarthria bahkan dapat menyebabkan kematian. Paparan oleh Hg (biasanya berupa metil merkuri) pada saat prenatal akan nampak setelah bayi lahir yang dapat berupa cerebral palsy maupun retardasi mental. Keracunan ini dapat terjadi jika pada ibu hamil yang mengkonsumsi daging binatang yang diberi pakan padi - padian yang disemprot fungisida yang mengandung metil merkuri.
Keracunan Hg yang akut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan saluran pencernaan, gangguan kardiova sculer, kegagalan ginjal akut maupun shock. Pada pemeriksaan laboratorium tampak terjadinya denaturasi protein enzim yang tidak aktif dan kerusakan membran sel. Metil maupun etil merkuri merupakan racun yang dapat mengganggu susunan syaraf pusat (serebrum dan serebellum) maupun syaraf perifer. Kelainan syaraf perifer dapat berupa parastesia, hilangnya rasa pada anggota gerak dan sekitar mulut serta dapat pula terjadi menyempitnya lapangan pandang dan berkurangnya pendengaran.
Keracunan merkuri dapat pula berpengaruh terhadap fungsi ginjal yaitu terjadinya proteinuria. Pada karyawan yang terpapar kronis oleh fenil dan alkil merkuri dapat timbul dermatitis. Selain mempunyai efek pada susunan syaraf, Hg juga dapat menyebabkan kelainan psikiatri berupa insomni a, nervus, kepala pusing, gampang lupa, tremor dan depresi. Pada dasarnya besarnya risiko akibat terpapar oleh Hg, tergantung dari sumber Hg di lingkungan, tingkat paparan, teknik pengambilan sampel, analisis sampel dan hubungan dosis -respon.

c.       Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Kadnium (Cd)
Kadnium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang toksisitasnya tinggi. Sebagian besar kontaminasi oleh kadnium pada manusia melalui makanan dan rokok. Waktu paruh kadnium kira-kira 10-30 tahun. Akumulasi pada ginjal dan hati 10-100 kali konsentrasi pada jaringan yang lain. Dalam tubuh manusia kadnium terutama dieleminasi melalui urine. Hanya sedikit kadnium yang diabsorbsi yaitu sekitar 5-10%. Absorbsi dipengaruhi faktor diet sep erti intake protein, calcium, vitamin D dan trace logam seperti seng (Zn).

Proporsi yang besar adalah absorbsi malalui pernafasan yaitu antara 10 -40% tergantung keadaan fisik wilayah. Uap kadnium sangat toksis dengan lethal dose melalui pernafasan diperkirakan 10 menit terpapar samp ai dengan 190 mg/m3 atau sekitar 8 mg/m3 selama 240 menit akan dapat menimbulkan kematian. Gejala umum keracunan Cd adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk -batuk dan lemah. Terpapar akut oleh kadnium (Cd) menyebabkan gejala nausea (mual), muntah, diare, kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan kardiovaskuler, empisema dan degenerasi testicular (Ragan & Mast , 1990). Perkiraan dosis mematikan ( lethal dose) akut adalah sekitar 500 mg/kg untuk dewasa dan efek dosis akan nampak jika terabsorbsi 0,043 mg/kg per hari (Ware, 1989) .

Gejala akut dan kronis akibat keracunan Cd ( Kadnium) :
1.      Gejala akut :
a)      Sesak dada.
b)      Kerongkongan kering dan dada terasa sesak ( constriction of chest )
c)      Nafas pendek.
d)     Nafas terengah-engah , distress dan bisa berkembang ke
e)      arah penyakit radang paru-paru.
f)       Sakit kepala dan menggigil.
g)      Mungkin dapat diikuti kematian.

2.      Gejala kronis:
a)      Nafas pendek.
b)      Kemampuan mencium bau menurun.
c)      Berat badan menurun
d)     Gigi terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan.
Selain menyerang pernafasan dan gigi, keracunan yang bersifat kronis menyerang juga saluran pencernaan, ginjal, hati dan tulang. Usaha manusia untuk mengetahui pengaruh kadnium terhadap kesehatan dapat menggunakan pendekatan dengan cara percobaan-percobaan terhadap binatang seperti yang diterangkan sebagai berikut.


3. Pengaruh Cd terhadap ginjal.
Percobaan binatang dengan menyuntikan larutan kadnium klorida kedalam tubuh kelinci betina manunjukkan bahwa kelinci tersebut turun berat badannya. Urinenya mengandung protein melampaui batas normal dan kadang-kadang disertai keluarnya alkaliphosphatase dan asam Phosphatase sebagai tanda adanya kerusakan pada tubulus distal dari ginjal. Konsentrasi kadnium klorida sebesar antara 10,50 - 300 ppm dalam air minum tikus menyebabkan perubahan dari hampir seluruh pembuluh darah ginjal apabila diperiksa dengan mikroskop electron. Tetapi tidak ada tanda –tanda perubahan yang terlihat dalam waktu 24 minggu apabila kadar kadnium dalam air minum tersebut hanya 1 ppm.


4. Pengaruh Cd terhadap hipertensi.
Kadnium sebagai penyebab hipertensi atau penyebab penyakit jantung pada manusia (aterosclerotic heart disease) mungkin masih diragukan, tetapi percobaan dengan binatng untuk mengetahui hubungan tersebut telah dilakukan. Binat ang percobaan kelinci dibuat hipertensi dengan memberikan injeksi intra peritoneal kadnium asetat seminggu sekali sampai beberapa bulan lamanya. Suatu endapan kadnium terbentuk beberapa waktu kemudian dalam jaringan hati dan ginjal (batu ginjal merupakan salah satu penyebab hipertensi dan hipertensi merupakan salah satu penyebab penyakit jantung)


5. Pengaruh Cd terhadap kerapuhan tulang.
Penyakit kerapuhan tulang seperti didapatkan pada penyakit itai itai diketemukan pula pada percobaan pada tikus jantan yang diberi diet makanan yang mengandung kadnium serta kadar protein dan kalsiumnya rendah. Bardasarkan percobaan ini orang menduga bahwa makanan yang bergizi rendah menyebabkan orang mudah terkena keracunan kadnium (kadnium intoxication).


6. Metabolisme/interaksi kadnium (Cd) – Seng (Zn).
Apabila selain logam kadnium terdapat pula logam seng, maka akan terjadi interaksi antara logam Cd dan Zn (Cd -Zn). Interaksi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kadnium dapat disebut sebagai zat anti metabolic untuk seng karena dapat melawan partukaran seng (Zn) dalam proses metabolisme dalam jumlah yang diperlukan untuk merangsang pertumbuhan, fungsi hematology dan kontrol suhu badan. Hal tersebut memungkinkan kadnium (Cd) merupakan penyebab penyakit kakurangan zat seng yang karakteristik itu walaupun sesungguhnya makanannya mengandung cukup zat seng (Zn). 

b. Terdapat perbedaan interaksi Cd-Zn untuk tingkat biokimia tertentu pada distribusi ke organ tubuh pada tikus besar dan kecil (mouse and rat). Sejumlah seng khlorida dan kadnium klorioda yang eqimolar diinjeksikan, seng (Zn) akan terakumulasi lebih cepat pada erythocyt, sedangkan kadnium (Cd) akan terakumulasi lebih cepat pada citoplasma. Kedua isotop tersebut akan menunjukkan kadar yang sama pada hati (liver) dan ginja l. Namun dalam waktu dua minggu seng (Zn) akan terusir dan masuk kedalam molekul besar sitoplasma (c itoplasmic molecules), sedangkan kadnium (Cd) akan bergabung dengan protein yang mempunyai berat molekul sekitar 11.000 -12.000. Apabila kedua isotop diinjeksikan kedalam tikus besar ( rat) yang bunting, maka dalam janin dan placenta akan lebih banyak didapakan kadnium (Cd) dari pada seng (Cd).


Dapat disimpulkan bahwa kadnium mengikuti pola metabolisme yang berbeda dengan seng.
o   Kandungan kadnium (Cd) dalam darah.
Konsentrasi kadnium yang normal dalam darah adalah 10 µg/l, yaitu pada orang yang tinggal di daerah dengan udaranya bersih, dimana kandungan debu kadniumnya tidak lebih dari 20 µg/m3.
o   Kandungan kadnium (Cd) dalam rambut.
Dengan menggunakan autoradiography seluruh badan sesudah injeksi intravenous 109 Cd (isotop 109) pada tikus, diketahui bahwa kandungan kadnium didalam rambut dapat digunakan untuk menentukan berapa besar akumulasi kadnium dalam seluruh tubuh tikus. Tetapi teknik ini tidak dapat diterapkan pada manusia karena terbentur pada masalah perbedaan tingkat kemampuan penyerapan kadnium oleh berbagai jenis rambut yang berbeda warnanya, perbedaan karena usia serta kontaminasi rambut dari luar (pemakaian bahan kosmetik) .
d.      Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Arsenic (As)
Intoksikasi tubuh manusia terhadap arsenik (As), dapat berakibat buruk terhadap mata, kulit, darah , dan liver. Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields)
mata. Pada kulit menyebabkan berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic).
Pada darah, menyebabkan kegagalan fungsi sungsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer). Pada liver, mempunyai efek yang signifikan pada paparan yang cukup lama (paparan kronis), berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut). Pada ginjal, Arsen (As) akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ichemia and kerusakan jaringan).
Pada saluran pernafasan, akan menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit bu rger). Pada sistem reproduksi, efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut effek malformasi.
Pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh / penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada sistem sel, efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam inti sel menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati. Pada Gastrointestinal (saluran pencernaan) , Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual (nausea) dan muntah (vomiting).

e.       Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Chromium (Cr).
Keracunan tubuh manusia terhadap chromium (Cr), dapat berakibat buruk terhadap saluran pernafa san, kulit, pembuluh darah dan ginjal. Efek chromium (Cr) terhadap sistem saluran pernafasan (Respiratory sistem effects), berupa kanker paru dan ulkus kronis/ perforasi pada septum nasal. Pada kulit (Skin effects), berupa ulkus kronis pada permukaan kulit. Pada pembuluh darah (Vascular effects), berupa penebalan oleh plag pada pembuluh aorta (Atherosclerotic aortic plaque). Sedangkan pada ginjal (Kidney effects), kelainan berupa nekrosis tubulus ginjal.

f.       Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Besi (Fe).
Besi merupakan logam berat, karena dengan mengonsumsi suplemen zat besi, anak-anak kecil akan keracunan, misalnya, konsumsi sebanyak 5-9 tablet besi 30 mg. Konsumsi makanan yang mengandung besi dapat menimbulkan efek racun, karena besi diserap dengan cepat dalam saluran pencernaan. Sifat korosif dari besi lebih meningkatkan penyerapan racun. Keracunan besi dapat terjadi jika mengonsumsi sulfat merah-tablet yang dilapisi besi atau preparat multivitamin dewasa untuk permen. Sumber-sumber lain dari besi adalah air minum, pipa besi, dan peralatan masak. Target organ adalah hati, sistem kardiovaskular, dan ginjal.

g.      Implikasi Klinik Akibat Tercemar  oleh  Kobalt (Co).
Kobalt menetap di udara selama beberapa hari. Kobalt menetap bertahun-tahun dalam air dan tanah, sehingga dapat bergerak dari tanah ke air bawah tanah. Setiap orang dapat terkena kobalt pada tingkat rendah di udara, air, dan makanan. Orang-orang yang tinggal di daerah limbah berbahaya yang mengandung kobalt dapat terkena efek racun kobalt. Pekerja yang membuat produk-produk yang mengandung kobalt dapat mengalami keracunan. Toksisitas akut kobalt dapat diamati sebagai efek pada paru-paru, asma, pneumonia, dan sesak napas. Pada tahun 1960, beberapa pabrik bir menambahkan kobalt dalam bir untuk menstabilkan busa. Beberapa orang yang minum dalam jumlah besar bir mengalami mual, muntah, dan efek serius pada jantung. Namun, efek pada jantung tidak terlihat pada orang yang mengidap anemia atau wanita hamil.

h.      Implikasi Klinik Akibat Tercemar  oleh  Nikel (Ni).
Nikel dan senyawanya tidak memiliki karakteristik bau atau rasa. Nikel terdapat di udara, menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan. Sumber utama nikel adalah asap tembakau, knalpot mobil, pupuk, superfosfat, pengolahan makanan, dihidrogenasi lemak-minyak, limbah industri, peralatan masak stainless steel, pengujian perangkat nuklir, baking powder, pembakaran bahan bakar minyak, perawatan gigi dan jembatan. Efek yang ditimbulkan logam nikel adalah serangan asma, bronkitis kronis, sakit kepala, pusing, sesak napas, muntah, nyeri dada, batuk, sesak napas, kejang, bahkan kematian.

i.        Impilikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Seng (Zn).
Seng dilepaskan ke lingkungan oleh proses alam, namun sebagian besar berasal dari kegiatan manusia seperti pertambangan, produksi baja, pembakaran batu bara, dan pembakaran sampah. Sebagian besar zink di dalam tanah tetap terikat pada partikel tanah. Toksisitas akut yang ditimbulkan oleh zink adalah kekeringan tenggorokan, batuk, kelemahan, menggigil, demam, mual dan muntah.

3.        Logam Ringan (Trace Metal)

1.      Pengertian Logam Ringan

Logam ringan adalah logam yang memiliki sifat tahan korosi akan tetapi cukup aman terhadap dampak kepada lingkungan. Logam Ringan memiliki massa jenis kurang dar 5 g/cm3. seperti, Natrium (Na), Litium (Li), Skandium (Sc), Kalsium (Ca), Boron (B), Barium (Ba), Selenium (Se), Kalium (K), Fransium (Fr), Rubidium (Rb).
Seperti logam ringan aluminium (Al), Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat. Merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang.


2.      Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Berat

a.       Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Aluminium (Al)
Sekitar 20 tahun yang lalu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa aluminium merupakan penyebab penyakit alzheimer. Akibatnya, banyak organisasi dan individu yang mengurangi tingkat pemakaian peralatan dari aluminium.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa, penelitian yang menyatakan bahwa aluminium merupakan penyebab penyakit alzheimer tidak dapat dipercaya, karena penelitian tersebut tidak memperhitungkan asupan aluminium total yang ada dalam penyakit itu. Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa aluminium sebagai penyebab utama penyakit alzheimer, para peneliti bersepakat untuk melakukan penelitian lebih lanjut lagi. Pada industri manufaktur mobil, perlu diperhatikan keselamatan para pekerja, karena aluminium yang terkandung dalam cairan logam di tempat kerja menyebabkan kanker. Target organ aluminium adalah sistem saraf pusat, ginjal, dan sistem pencernaan.

b.      Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Barium (Ba)
Beberapa senyawa barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai.  Dampak yang ditimbulkan senyawa barium yang berbeda tergantung pada kelarutan senyawa barium.  Barium yang tidak larut dalam air, tidak berbahaya dan sering digunakan oleh dokter untuk tujuan medis. Senyawa barium yang larut dalam air dapat menyebabkan efek kesehatan yang berbahaya, misalnya kesulitan bernapas, tekanan darah meningkat, perubahan irama jantung, iritasi perut, pembengkakan otak, kelemahan otot, kerusakan hati, ginjal, dan limpa.

c.       Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Berilium (Be)
Pekerja pabrik yang bekerja pada pertambangan atau pengolahan bijih, pabrik yang menggunakan paduan dan manufaktur kimia dengan berilium, permesinan atau daur ulang logam yang mengandung berilium sangat berbahaya, karena mereka menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi dengan berilium. Tinggi tingkatan berilium di udara menyebabkan kerusakan paru-paru. Berilium diserap perlahan-lahan dari paru-paru ke dalam darah, dan kemudian diangkut ke sistem rangka, hati dan ginjal.

d.      Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Selenium (Se).
Selenium mengakibatkan gangguan pada kelenjar tiroid dan kesehatan jantung. Selenium partikel kecil di udara menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan. Selenium menyerupai sulfur dalam sifat fisik dan kimia. Konsentrasi selenium dalam darah 19-25 mikrogram per 100 mililiter. Selenium menyebabkan kanker, leukemia limfositik, paru-paru, pencernaan, usus besar, karsinoma genitourinari, kanker kulit, dan penyakit hodgkins.

e.       Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Natrium (Na).
Natrium atau sodium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Na dan nomor atom 11. Natrium adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan seperti lilin, yang termasuk ke logam alkali yang banyak terdapat dalam senyawa alam (terutama halite). Dia sangat reaktif, apinya berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan air, sehingga harus disimpan dalam minyak. Karena sangat reaktif, natrium hampir tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur murni.
Bahan pengawet benzoat banyak digunakan sebagai pengawet salah satunya digunakan pada minuman soft drink. Meski kandungan bahan pengawet tersebut umumnya tidak terlalu besar, akan tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus tentu akan berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Dampak lain dari bahan pengawet minuman adalah kanker, dikonsumsi secara berlebihan dapat timbul efek samping berupa edema (bengkak) yang dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di dalam tubuh. Bisa juga naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume plasma lantaran pengikatan air oleh natrium (Fadliwdt, 2007). Maka diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap pengawet benzoat pada minuman jenis soft drink.

f.       Implikasi Klinik Akibat Tercemar oleh Logam Ringan Litium (Li).
Litium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Li dan nomor atom 3. Unsur ini termasuk dalam logam alkali dengan warna putih perak. Dalam keadaan standar, litium adalah logam paling ringan sekaligus unsur dengan densitas paling kecil. Seperti logam-logam alkali lainnya, litium sangat reaktif dan terkorosi dengan cepat dan menjadi hitam di udara lembap. Oleh karena itu, logam litium biasanya disimpan dengan dilapisi minyak.

Litium adalah unsur ke-33 paling melimpah di bumi, namun oleh karena reaktivitasnya yang sangat tinggi membuat unsur ini hanya bisa ditemukan di alam dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain. Litium ditemukan di beberapa mineral pegmatit, namun juga bisa didapatkan dari air asin dan lempung. Pada skala komersial, logam litium didapatkan dengan elektrolisis dari campuran litium klorida dan kalium klorida.
Sekelumit litium terdapat dalam samudera dan pada beberapa organisme walaupun unsur ini tidak berguna pada fungsi biologis manusia. Walaupun demikian, efek neurologi dari ion litium Li+ membuat garam litium sangat berguna sebagai obat penstabilan suasana hati. Litium dan senyawa-senyawanya mempunyai beberapa aplikasi komersial, meliputi keramik dan gelas tahan panas, aloi dengan rasio kekuatan berbanding berat yang tinggi untuk pesawat terbang, dan baterai litium. Litium juga memiliki tempat yang penting dalam fisika nuklir.